10 Maret 2022

 *Jangan lebay


Di sebuah pengajian, ada ustad ditanya, 'Ustad, apakah menulis novel itu haram?'


Lantas, karena masing2 orang beda penafsirannya, ustad menjawab, 'HARAM!', maka apakah saya sebagai penulis novel harus tersinggung? Marah? Baper?


Sama sekali tidak perlu. 


Kok tidak perlu marah? 


Satu, itu pengajian terbatas, dengan audiens terbatas. Dua, memang hak semua orang menafsirkan sesuatu sesuai keyakinan dan kepercayaan masing2. Jika dia percaya itu haram, yo wis. Tapi hak orang lain utk meyakini itu sebaliknya, bisa jadi alat dakwah dll. 


Pun sama dalam kasus ekstrem lainnya. Di sebuah kebaktian, di sebuah acara agama2 lain, dll, dsbgnya, saat pengikut agama itu bertanya, 'Bapak/Ibu, apakah orang lain yg tidak ikut agama kita adalah orang2 sesat?' Jika tokoh agama menjawabnya: 'Iya, sesat!" Maka, kamu ndak usah spaneng tinggi. Lantas dishare kemana2, lantas viral, lantas lapor polisi! Lantas ngamuk bawa2 NKRI, Pancasila, dll.


Ambyar. Itu acara terbatas, dengan audiens terbatas. Hanya karena hari ini orang2 suka merekam, lantas posting, lantas tersebar kemana2, bukan berarti itu ditujukan utk siapapun. Tapi lihat dulu, acara itu awalnya apa? 


'Pak Kiyai, apakah sesajen itu haram?', 'Ibu Ustazah, apakah wayang itu haram?', dll, dsbgnya, jika pertanyaan dan jawaban ini ada dalam acara2 terbatas, saat tokoh agama sedang mengurus jamaahnya, maka itu bukan urusan siapapun. 


Indonesia ini seriusan loh, semua serba terbalik. Saat tokoh agama sedang mengurus umatnya, sedang menyampaikan apa yg dia yakini, orang2 ribut. Dan lucunya, orang2 yg ribut ini tiap hari memaki nabi2 orang lain, memaki agama orang lain dgn kata2 yg kasar sekali. Mereka teh tidak bercermin?


Atau jangan2, kita itu bahkan dengan agama sendiri sj sudah tidak hormat lagi. Kita main2 saja dengan agama sendiri. Maka, apalagi dgn agama orang lain. Tapi saat ada momen tokoh2 agama 'melakukan kesalahan', wuiih, bukan main, langsung hajar blas.


Ketahuilah, jika mengharamkan sesuatu masuk penjara, saya yakin, di masjid2, di gereja2, di rumah ibadah manapun, banyak tokoh agamanya masuk penjara. Jadi berhentilah, dikit2 lapor, dikit2 bawa ke polisi. Dikit2 pencemaran ini, itu. Ribuan orang antri minyak goreng, kamu malah sibuk melaporkan hal2 begini ke polisi.


*Tere Liye, penulis novel 'JANJI'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makam Penghulu Muda Yuda Lalana (Syaikh Abu Sulaiman Safjana).

 Makam Penghulu Muda Yuda Lalana (Syaikh Abu Sulaiman Safjana). Letak: Jalan Sarigading, Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sung...